Politik Etis
Pengertian :
Politik
Etis atau Politik
Balas Budi adalah kondisi dimana pemerintah kolonial memegang tanggung
jawab untuk kesejahteraan pribumi.
LATAR
BELAKANG :
Munculnya
kaum Etis yang di pelopori oleh Pieter Brooshooft dan C.Th.Van
Deventer yang membuka mata pemerintah kolonial untuk lebih memperhatikan nasib
para pribumi yang terbelakang akibat sistem tanam paksa.
Cultuurstelsel atau Tanam Paksa, adalah
peraturan yang dikeluarkan pada tahun 1830 yang mewajibkan setiap desa
menyisihkan sebagian tanahnya (20%) untuk ditanami komoditi ekspor, khususnya
kopi dan tebu. Hasil tanaman ini akan dijual kepada pemerintah kolonial dengan
harga yang sudah dipastikan dan hasil panen diserahkan kepada pemerintah
kolonial. Penduduk desa yang tidak memiliki tanah harus bekerja 75 hari dalam
setahun pada kebun-kebun milik pemerintah
KEBIJAKAN :
Pada 17
September 1901, Ratu Wilhelmina yang baru naik tahta menegaskan bahwa
pemerintah harus,menuangkan panggilan moral tadi ke dalam kebijakan politik
etis, yang terangkum dalam program Trias Van deventer yang meliputi:
1. Irigasi
(pengairan)
2. membangun dan memperbaiki pengairan-pengairan untuk keperluan pertanian
3. Emigrasi
yakni mengajak penduduk untuk bertransmigrasi
4. Edukasi
yakni memperluas dalam bidang pengajaran dan pendidikan
PENYIMPANGAN :
•
Kebijakan
pertama dan kedua disalahgunakan oleh Pemerintah Belanda dengan membangun
irigasi untuk perkebunan-perkebunan Belanda.
•
Emigrasi
dilakukan dengan memindahkan penduduk ke daerah perkebunan Belanda untuk dijadikan pekerja rodi. Hanya pendidikan yang berarti bagi bangsa
Indonesia.
• KRITIK :
• Van
Kol
Van Kol, sebagai juru bicara golongan sosialis,
melancarkan kritik terhadap keadaan yang serba merosot di Indonesia karena
terus-terusan diterapkan politik drainage (penghisapan)
kekayaan oleh pemerintah Belanda dan tidak dibelanjakan di Indonesia.
• Van Deventer
Van Deventer, pada tahun 1899 menuliskan bahwa
jutaan gulden yang diperoleh Belanda dari Indonesia adalah sebagai Hutang
Kehormatan. Pembayaran hutang tersebut dapat dilakukan dengan tiga cara, yang
dikenal dengan Trilogi Van Deventer, yaitu yang digunakan oleh Ratu
Wilhelmina.
• DE
WAAL
De
Waal adalah orang primatolog , dan etolog Belanda. Dia adalah Profesor Charles
Howard Candler perilaku primata di Emory University.
De Waal memperhitungkan bahwa sejak VOC hingga zaman ekonomi liberal tahun
1884, rakyat Indonesia berhak mendapatkan 528 juta gulden dari Belanda. Bahkan
jika dihitung dengan bunganyaa menjadi 1585 jutaa gulden.
• Baron
Van Hoevell
Baron
Van Hoevell adalah seorang pendeta Nasrani-protestan yang secara berapi-api
meminta perbaikan nasib rakyat indonesia pada sidang parlemen.
•
Kegagalan :
1. Sejak pelaksanaan sistem ekonomi liberal, Belanda mendapatkan keuntungan
yang besar, kesejahteraan rakyat tetap rendah.
2. Hanya sebagian kecil kaum Pribumi yang memperoleh keuntungan
3. Pegawai negeri dari golongan Pribumi hanya digunakan sebagai alat saja,
sehingga dominasi bangsa belanda tetap sangat besar.
•
KRITIK
INDONESIA
•
Indonesia
Kalangan Indo,
adalah warga kelas dua namun secara hukum termasuk orang Eropa merasa
ditinggalkan. Di kalangan mereka terdapat ketidakpuasan karena pembangunan
lembaga-lembaga pendidikan hanya ditujukan kepada kalangan pribumi (eksklusif).
Akibatnya, orang-orang campuran tidak dapat masuk ke tempat itu, sementara
pilihan bagi mereka untuk jenjang pendidikan lebih tinggi haruslah pergi ke
Eropa, yang biayanya sangat mahal.
• Belanda
Ernest
Douwes Dekker termasuk yang menentang ekses pelaksanaan politik ini karena
meneruskan pandangan pemerintah kolonial yang memandang hanya orang pribumilah
yang harus ditolong, padahal seharusnya politik etis ditujukan untuk semua
penduduk asli Hindia Belanda (Indiers), yang di dalamnya termasuk pula
orang Eropa yang menetap (blijvers).
1. Irigasi (pengairan)
2. membangun dan memperbaiki pengairan-pengairan untuk keperluan pertanian
3. Emigrasi yakni mengajak penduduk untuk bertransmigrasi
4. Edukasi yakni memperluas dalam bidang pengajaran dan pendidikan
PENYIMPANGAN :
De Waal memperhitungkan bahwa sejak VOC hingga zaman ekonomi liberal tahun 1884, rakyat Indonesia berhak mendapatkan 528 juta gulden dari Belanda. Bahkan jika dihitung dengan bunganyaa menjadi 1585 jutaa gulden.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar