Minggu, 26 Oktober 2014

Politik Etis
    Pengertian                     :
           Politik Etis atau Politik Balas Budi adalah kondisi dimana pemerintah kolonial memegang                  tanggung jawab  untuk kesejahteraan pribumi. 
         LATAR BELAKANG  :
       Munculnya kaum Etis yang di pelopori oleh Pieter Brooshooft dan C.Th.Van Deventer yang membuka mata pemerintah kolonial untuk lebih memperhatikan nasib para pribumi yang terbelakang akibat sistem tanam paksa.

         Cultuurstelsel atau Tanam Paksa, adalah peraturan yang dikeluarkan pada tahun 1830 yang mewajibkan setiap desa menyisihkan sebagian tanahnya (20%) untuk ditanami komoditi ekspor, khususnya kopi dan tebu. Hasil tanaman ini akan dijual kepada pemerintah kolonial dengan harga yang sudah dipastikan dan hasil panen diserahkan kepada pemerintah kolonial. Penduduk desa yang tidak memiliki tanah harus bekerja 75 hari dalam setahun pada kebun-kebun milik pemerintah
KEBIJAKAN               :
     Pada 17 September 1901, Ratu Wilhelmina yang baru naik tahta menegaskan bahwa pemerintah harus,menuangkan panggilan moral tadi ke dalam kebijakan politik etis, yang terangkum dalam program Trias Van deventer yang meliputi:  
1. Irigasi (pengairan)
2. membangun dan memperbaiki pengairan-pengairan untuk keperluan pertanian
3. Emigrasi yakni mengajak penduduk untuk bertransmigrasi
4. Edukasi yakni memperluas dalam bidang pengajaran dan pendidikan

 PENYIMPANGAN     :
     •       Kebijakan pertama dan kedua disalahgunakan oleh Pemerintah Belanda dengan                         membangun irigasi untuk perkebunan-perkebunan Belanda.
     •       Emigrasi dilakukan dengan memindahkan penduduk ke daerah perkebunan Belanda                 untuk dijadikan pekerja rodi. Hanya pendidikan yang berarti bagi bangsa Indonesia.
        KRITIK                   :
        Van Kol
       Van Kol, sebagai juru bicara golongan sosialis, melancarkan kritik terhadap keadaan yang serba merosot di Indonesia karena terus-terusan diterapkan politik drainage (penghisapan) kekayaan oleh pemerintah Belanda dan tidak dibelanjakan di Indonesia.
        Van Deventer
      Van Deventer, pada tahun 1899 menuliskan bahwa jutaan gulden yang diperoleh Belanda dari Indonesia adalah sebagai Hutang Kehormatan. Pembayaran hutang tersebut dapat dilakukan dengan tiga cara, yang dikenal dengan Trilogi Van Deventer, yaitu yang digunakan oleh Ratu Wilhelmina.
        DE WAAL
      De Waal adalah orang primatolog , dan etolog Belanda. Dia adalah Profesor Charles Howard Candler perilaku primata di Emory University.
De Waal memperhitungkan bahwa sejak VOC hingga zaman ekonomi liberal tahun 1884, rakyat Indonesia berhak mendapatkan 528 juta gulden dari Belanda. Bahkan jika dihitung dengan bunganyaa menjadi 1585 jutaa gulden.
        Baron Van Hoevell
       Baron Van Hoevell adalah seorang pendeta Nasrani-protestan yang secara berapi-api meminta perbaikan nasib rakyat indonesia pada sidang parlemen.
       Kegagalan             :
      1. Sejak pelaksanaan sistem ekonomi liberal, Belanda mendapatkan keuntungan yang besar,         kesejahteraan rakyat tetap rendah. 

      2. Hanya sebagian kecil kaum Pribumi yang memperoleh keuntungan

      3. Pegawai negeri dari golongan Pribumi hanya digunakan sebagai alat saja, sehingga                   dominasi bangsa belanda tetap sangat besar.
       KRITIK INDONESIA
       Indonesia
      Kalangan Indo, adalah warga kelas dua namun secara hukum termasuk orang Eropa merasa ditinggalkan. Di kalangan mereka terdapat ketidakpuasan karena pembangunan lembaga-lembaga pendidikan hanya ditujukan kepada kalangan pribumi (eksklusif). Akibatnya, orang-orang campuran tidak dapat masuk ke tempat itu, sementara pilihan bagi mereka untuk jenjang pendidikan lebih tinggi haruslah pergi ke Eropa, yang biayanya sangat mahal.
        Belanda
      Ernest Douwes Dekker termasuk yang menentang ekses pelaksanaan politik ini karena meneruskan pandangan pemerintah kolonial yang memandang hanya orang pribumilah yang harus ditolong, padahal seharusnya politik etis ditujukan untuk semua penduduk asli Hindia Belanda (Indiers), yang di dalamnya termasuk pula orang Eropa yang menetap (blijvers).